Ku renung langit
itu,
Hitam, gelap,
sunyi, lewat malam ini,
Lalu aku
mencari,
Mencari kerdipan
bintang yang seakan senyum padaku,
Mencari kerdipan
bintang yang menghilangkan resahku.
Apa benar cahaya
yang terang itu bintang?
atau sekadar
satelit kecil melingkari,
atau sekadar
asteroid yang menemani.
atau mungkin
juga Cassiopeia ku yang sepi.
Ku renung langit
itu,
Dan sang suria
itu bersinar terang seakan sedang menyapa,
Dan duniaku yang
melingkarinya membentuk suatu angka,
Dan sang suria
itu bersinar terang seakan membawa petanda,
Jangan bersedih
wahai diri,
Kau punya
angkasa yang sedia menemani,
Sebagaimana
bintang yang tak akan pernah pergi,
Walau bagaimana
kesedihan melewati.
Ya benar bintang
itu membikin aku percaya,
Aku tidak pernah
hidup sendiri,
Walau bagaimana
gagal mendatangi,
Serpens, Orion,
Lacerta pasti akan menemani,
Eridanus, Cepheus,
Centaurus pasti di sisi.
Dan mimpiku itu
lebih tinggi berbanding Gunung Mistik,
Dan mimpiku itu
lebih jauh dari sang Crater.
Dan aku punya
harapan,
Harapan agar
kejayaan aku lebih dekat berbanding Andromeda.
Dan bukankah Sheikh
Muszaphar itu sendiri pernah berkata,
Kau harus punya
impian besar,
Kau harus
berusaha gigih,
Kau harus
percaya pada diri.
Ya aku percaya,
Bahawa langit
itu bukan batasku,
Megrez itu bukan
penghalangku,
Antlia itu bukan
akhirku.
Aku ini umpama
Sagittarius,
Di tengah Bima
Sakti ia bersinar,
Moga sinaranku
juga bisa dilihat orang,
Moga pancaranku
juga bisa menerangi malam.
Aku ini umpama
Polaris,
Dan ia tidak
berubah mengikut waktu,
Moga aku kekal
begini,
Kekal jadi
diriku sendiri.
Aku adalah
bintang,
Aku adalah
galaksi,
Aku adalah
segalanya di langit itu,
Dan selagi
kalian melihat langit,
Kalian bisa
melihat aku.
Kerna bintang
harapanku berada di situ.
No comments:
Post a Comment